Sabtu, 08 Oktober 2011

Kisah Burung Pipit

Ketika musim kemarau tiba, seekor burung pipit merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengumpat. Ia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat tinggalnya, terbang jauh ke utara . kabarnya, udara tempat itu selalu dingin dan sejuk.

Pelan-pelan, dia merasakan kesejukan udara. Makin ke utara makin sejuk. Ia makin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi. Terbawa oleh nafsu, ia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju. Salju makin lama makin tebal. akhirnya, ia jatuh ketanah karena tubuhnya terbungkus salju. sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya bertambah tebal. si burung Pipit tak mampu berbuat apa-apa. Ia menyangka bahwa ia telah mati.

Ia merintih menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun si burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau. Dia menghardik si kerbau agar menjauh dan megatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin berbuat sesuatu untuk menolongnya.

Si kerbau tidak banyak biacara, dia hanya berdiri, kemudia kencing tepat di atas burung tersebut. Si burung pipit semakin marah dan memaki si kerbau. Lagi-lagi si kerbau tidak berbicara, dia maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si burung tidak dapat bicara lagi karena tertimbun kotoran kerbau. Si burung mengira lagi bahwa riwayatnya bakalan tamat akibat tidak bisa bernapas.

Namun, perlahan-lahan ia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan-pelan meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuasnya.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus, dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, si burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati. Namun apa yang terjadi kemudian, seketka itu dunia terasa gelap gulita bagi si burung dan tamatlah riwayat si burung pipit ditelan oleh si kucing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar